Kami beda.Jelas kami berbeda.Gender tentunya,dia wanita dan saya pria.Tentunya dengan karakter dan personalitas masing-masing.Tentu saja berbeda,kita manusia.Kita berbeda.Seharusnya pula saya tak mengoreknya,kehidupanya.Privasi dan rahasianya.Saya penasaran,terlanjur ingin tahu.Terjebak dalam tanda tanya.Saya pun mencari.Kesamaan,atau hal yang bisa menjadikan saya dan dia memiliki kesepahaman,konsesus.Sialnya dia sangat tertutup,terjaga.Semua informasi,cerita masa lalu dan seluk beluknya adalah nol besar.Kosong tak berwujud.Saya kesal,tepatnya sangat kesal.Karena tak berhasil menenemukan suatu
kesamaan,kesepahaman.Saya berkecil hati,mulai putus asa.Mulai mengeluh,termenung melamun.Seakan semua mulai membisu.Jari tanganku,membeku.Walau perlahan,tetap saja membeku.Saya tak tau,saya tolol untuk saat ini.Sudahlah,kita tidak berada dalam cerita dongeng.Ketika semua kisah berakhir bahagia,menafikan realita.Ironi yang dibangun adalah bentuk harapan,asa.Karena idealnya manusia menginginkan hal yang baik-baik.Walaupun harus merealisasikanya dengan fiksi.Menanamkan harapan-harapan kosong,melebur setiap nadi yang berdetak untuk menghimpun kekuatan.Menuju suatu tujuan yang sudah sangat jelas semu.Melanturlah saya,bercerita tanpa rambu.Berkisah seakan ada yang memperhatikan.Mendongeng dengan letupan bibir tertutup kepada insan dengan hati terlelap.Bodohlah saya ini.Kucing kampung pun enggan untuk melirik,walau diancam air panas atau di rayu ikan asin.Kucing yang idealis.Saya terkekeh sejenak,ini ajaib.Bagaimana bisa kesadaran-kesadaran itu muncul dan hinggap pada kepala-kepala dengan mata terpejam!?Atau kepada tunarungu terhormat yang menyebut dirinya birokrat!?Aduhai,cantik nian ucapanya,janjinya,gombalanya,rayuanya.Elok sekali tutur katanya,bahasa tubuhnya,tatapanya.Tentu saja yang menggiurkan adalah kertas bergambar Pak Dirman.Saya tutup saja banyolan usang ini.Demikianlah dalang tak konsisten.Mulai melukis angan-angan dalam komedi gelap yang cukup di tertawakan oleh saya pribadi.Saya bangga,walau hanya saya yang tertawa.
kesamaan,kesepahaman.Saya berkecil hati,mulai putus asa.Mulai mengeluh,termenung melamun.Seakan semua mulai membisu.Jari tanganku,membeku.Walau perlahan,tetap saja membeku.Saya tak tau,saya tolol untuk saat ini.Sudahlah,kita tidak berada dalam cerita dongeng.Ketika semua kisah berakhir bahagia,menafikan realita.Ironi yang dibangun adalah bentuk harapan,asa.Karena idealnya manusia menginginkan hal yang baik-baik.Walaupun harus merealisasikanya dengan fiksi.Menanamkan harapan-harapan kosong,melebur setiap nadi yang berdetak untuk menghimpun kekuatan.Menuju suatu tujuan yang sudah sangat jelas semu.Melanturlah saya,bercerita tanpa rambu.Berkisah seakan ada yang memperhatikan.Mendongeng dengan letupan bibir tertutup kepada insan dengan hati terlelap.Bodohlah saya ini.Kucing kampung pun enggan untuk melirik,walau diancam air panas atau di rayu ikan asin.Kucing yang idealis.Saya terkekeh sejenak,ini ajaib.Bagaimana bisa kesadaran-kesadaran itu muncul dan hinggap pada kepala-kepala dengan mata terpejam!?Atau kepada tunarungu terhormat yang menyebut dirinya birokrat!?Aduhai,cantik nian ucapanya,janjinya,gombalanya,rayuanya.Elok sekali tutur katanya,bahasa tubuhnya,tatapanya.Tentu saja yang menggiurkan adalah kertas bergambar Pak Dirman.Saya tutup saja banyolan usang ini.Demikianlah dalang tak konsisten.Mulai melukis angan-angan dalam komedi gelap yang cukup di tertawakan oleh saya pribadi.Saya bangga,walau hanya saya yang tertawa.