Judulnya aneh , sejak kapan mie memiliki budaya !? Dan bangsa kita sendiri , gak menjadikan mie sebagai makanan pokok .. Lalu kenapa saya ngasih judul seperti itu !?
Ya makanya lanjut baca , jangan dulu komen (perasaan yang komen itu saya sendiri -_-" )
Tapi yang jelas , habit kita atau negara kita atau sebagaian besar masyarakat kita mulai mengadaptasi dari pola prilaku mie instan ..
Instantisme , adalah faham kedua yang saya cetuskan setalah Gengsisme (Baca : Gengsisme , Faham Kegengsi-Gengsian)
Sampai disini , mungkin level saya lebih tinggi dari Karl Marx yang "cuma" menelurkan
Marxisme .. Bedanya , bila faham beliau di anut atau memiliki fanatik macam Hitler , Mussolini dan Stalin , maka faham saya tidak cukup laku untuk memiliki penggemar ..
Walaupun sebenarnya Instantisme itu sendiri bukanlah murni suatu faham , dan tentu tidak cukup subversif untuk menggoyang demokrasi (Okey , saya memang tidak konsisten)
Instantisme adalah suatu kondisi , dimana seorang individu dihadapkan dengan proses yang bertujuan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan , namun dengan cara-cara yang singkat dan cenderung memiliki nilai negatif , atau paling tidak cara yang dilakukan bertolak belakang dengan konsesus masyarakat pada umumnya .. Bahkan bisa saja keluar dari budaya atau norma yang ada ..
(Yak , kebiasaan saya muncul .. Seneng menggunakan istilah populer atau membingunkan agar keliatan keren namun faktanya saya sendiri bingung dengan apa yang saya omongin %-) , Hehehe )
Biar lebih gampang , kita analogikan saja dengan contoh ..
Calon PNS yang nyogok biar bisa jadi PNS , Instantisme ..
Gayus pengen keluar bui nyogok sipir , Instantisme ..
Calon Bupati bagi-bagi duit biar kepilih , Instantisme ..
Timnas mencanangkan naturalisasi , Instantisme ..
Dan masih banyak lagi contoh lainnya, dan harusnya anda mulai mengerti , kemana arah pembicaraan saya saat ini ..
Instantisme sendiri , memiliki Instance / turunan beserta kelasnya masing-masing .. Yak , ada klasifikasi dari tiap tindakan yang berhubungan atau menggunakan Instantisme dalam mekanismenya ..
(Anjrit , ini bahasanya sumpah lah sok banget , haha ..)
Intinya adalah , instantisme cenderung menggunakan segala cara atau paling tidak cara yang lebih cepat namun dengan konsekwensi atau efek samping yang buruk ..
Ya seperti makan mie instant , cepat untuk menyajikannya , namun katanya berpotensi mengakibatkan kanker ..
Walaupun sebenarnya , pengidap kanker (kantong kering) adalah konsumen utama mie instan (hahaha ..)
Yang perlu ditekankan ialah , bahwa Instantisme sendiri cenderung memiliki sifat negatif .. Ingat , cenderung !!!
Tapi tidak selalu ..
Misalnya , kasus Gayus si akal bulus mirip tikus , bergelimang fulus , plus rayuan halus agar keinginannya mulus ..
Tentu Instantisme yang dia terapkan bernilai negatif dan berlawanan dengan hukum ..
Atau Timnas kita yang menggunakan pemain naturalisasi sebagai amunisi ..
Tidak bernilai negatif , namun bertolak belakang dengan budaya kita (mungkin nasionalisme juga !?)
Dan dari luasnya negara kita (tentu dengan penduduknya yang bejibun) , apakah tidak ada pemain yang cukup berkualitas ..
Saya sendiri tidak mengidolakan bachdim atau El Loco , saya lebih suka super sub Arif Suditomo (Heh , itu kan presenter CTRI !! Hahaha ..)
Parahnya , instantisme sendiri mulai merambah pada lapisan relasi sosial antar individu ..
Yak , pernikahan ..
Sadar atau tidak , beberapa tahun terakhir ini kita (atau mungkin saya) sering mendengar kasus perceraian ..
Para artis jadi trend setter , dengan alasan "tidak cocok lagi" , mereka dengan enaknya memutuskan tali pernikahan alias cerai ..
Yak , fenomena kawin - cerai atau bahkan kawin -kawin lagi begitu umum untuk sekarang ini ..
Okey , dengan status saya yang belum kawin memang tidak cukup kompeten untuk mengomentari fenomena tersebut ..
Namun untuk masalah dampaknya , jangan ditanya ..
Perceraian adalah cara instant untuk menghindari suatu hubungan yang tidak cocok lagi ..
Kalau yang menggugat adalah pihak perempuan , saya tidak terlalu sinis ..
Namun jika pihak laki-laki yang menuntut, ah itu hanya perkara libido ..
Siapapun yang menuntut , korbannya tetaplah anak ..
Hei , sadarlah kalian para orang tua , kita gak pantes jadi korban ke-egoisan kalian ..
Dengan embel-embel ketidakcocokan ..
Toh pada saat "kalian" bikin " kita" , kalian merasa cocok dong !?
Dan kita sebagai calon orang tua , ada baiknya hal ini jadi pelajaran ..
Berikut adalah tips untuk memilih calon pasangan sehidup semati :
-Cari pasangan yang memiliki karakter kuat (bukan kuat fisik) , tentu karakter yang kita sukai ..
-Memiliki ciri khas fisik atau argot yang kita kagumi .. Misalnya senyumnya , matanya , hidungnya , keteknya (hahaha ..)
-Komunikatif !!! Ini yang sangat penting , bagaimanapun bila komunikasi lancar , akan mereduksi tingkat ketidakcocokan dan menghindari kesalahpahaman ..
Ya 3 biji aja , itu tambahan dari syarat de facto yang umum macam : Baik , perhatian , Setia , jujur , bertanggung jawab dan banyak lagi syarat utopia lainnya ..
Baiklah saya tidak akan menipu diri , ketiga syarat tersebut bersifat subjektif , alias cuma keinginan saya aja ..
Dengan karakter yang kuat , artinya orang tersebut cukup konsisten untuk tetap menjadi dirinya sendiri .. Dirinya yang kita sukai ..
Fisik atau argot yang khas mampu menghasilkan suatu impulse untuk menanamkan memori yang menyenangkan tentang dirinya ..
Ketika tua nanti , tentu akan menyenangkan bila mengingat senyuman pasangan kita ketika masih muda , walaupun nanti udah nenek-nenek atau kakek-kakek :D
Komunikatif adalah syarat mutlak , fondasi dari sebuah relasi ..
Sampai disini , status penulis ialah :: Ngantuk dan pusing dengan tulisannya sendiri ..
Instantisme , bukan lah sesuatu yang harus kita hindari ..
Dalam kondisi tertentu atau emergency , Instantisme patut di coba ..
Saya pun tidak memungkiri , termasuk dalam penganut instantisme ..
Namun kembali lagi pada personal masing-masing untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan ..
Bukan hanya S1 yang jadi modal berharga dari bangku kuliah , namun lika-liku untuk mendapatkannya ..
Tilai prosesnya , bukan hanya hasilnya ..