Home

  • Freaker

    Selamat Datang

    Selamat datang freaker !! Blog ini resmi saya rilis setelah 2 hari di permak.Silahkan untuk menikmati setiap tulisan yang ada
  • Kotak Biru Berhiaskan Pita Merah Jambu

    Kotak Biru Berhiaskan Pita Merah Jambu

    Anggun..Mungkin itulah yang tergambar pertama kali dalam benaknya saat berpapasan dengan seorang gadis di Taman Anggrek 5 tahun yang lalu..
  • Ameliorate

    Ameliorate

    Banyak hal yang menarik , bila memandang hidup yang kita jalani lewat berbagai prespektif.Ketika hidup dirasa tak adil , ketika menghakimi
  • Malam Terakhir di Mekkah

    Malam Terakhir di Mekkah

    Pagi menjelang subuh pkl 1.00 AST – 6.00 WIB Wajah cantiknya semakin tersapu oleh dinginnya malam, lengkungan garis hitam
  • Ku Harap Esok

    Pertama kalinya lagi aku seperti ini, seperti kacau semacam tak bisa lepas dari sesuatu yang entah itu apa entah aku tidak mengerti.

Sabtu, 25 Juni 2011

Cappuccino biru (PART 2)

Posted by Freaking Writer | On: , |

"hehe...." dewi tersenyum bersalah
"hehe..." arian juga tersenyu, bego
"yeeee garing ihh, malah senyam senyum" sahut dewi
"hahaha....yee km kan senyum ya aku bales senyum dong" balas arian



"oi ar, sehat?!" atar akhirnya bergabung
"sehat..." balas arian sambil menyodorkan tangan

"jadi mau kemana nih kita" tanya atar
"ke bazzar buku di dago, lagi pada murah tuh disana" kata arian
"uwi juga mau cari buku, moga aja bisa dapet diskon" dewi menyanggupi
"yaudah, baiknya berangkat skrg aja deh, makin sore nih" atar tak banyak membantah

yah jadi si atar ikut, pikir arian. Jujur sebenernya arian pengen berdua aja sama uwi, lebih bebas. Bebas mau bercanda sama uwi, mau ngobrol apapun. Kalo ada atar, arian jadi merasa ada sedikit kebahagiaanya yang diambil, loh kok gitu. Arian juga ga tau kenapa, tapi ada sedikit bagian hati arian yang merasa memiliki dewi, kadang arian suka kangen juga sama dewi. Lagi-lagi arian cuma bisa diem. Listen, learn and do it. Kata-kata itu kembali diulang dalam kepala arian.

Sepanjang jalan mata arian ga lepas dari dewi, setiabudi, cihampelas, siliwangi. Arian menatap uwi dari belakang, Mata arian menelusuri seluruh tubuh uwi, waktu arian sampai pada bagian tangan uwi, arian ga suka. Tangan uwi mellit erat pinggang atar. Kenapa ya arian ga suka liat ini?. Arian ga mau menjelajah lebih jauh, cukup sampai sini aja.

Jarak setiabudi - dago sebenrnya ga terlalu jauh, tapi arian pelan-pelan karena arian pake vespa. Uwi dan atar sampai lebih dulu. Selang beberapa menit arian baru tiba di pelataran parkir Dago Plaza, arian lantas memarkir motornya. Uwi dan Atar sudah menanti dengan wajah riang gembira (baca; kesel). Arian ga buru-buru, tetep santai, slow but sure. Motto anak-anak vespa yang dianut arian, kapan saja dan dimana saja.

"lama banget sih" nada bicara uwi sedikit meninggi
"kalo emg udah lama ya lama aja, ngapain juga cepet-cept kalo entar celaka" balas arian keras kepala

Atar cuma senyam-senyum aja, atar cuma diem.

Tak lama mereka bertiga menyusuri lantai dasar dago plaza, tak sulit mencari dimana bazzar tersebut. Spanduk besar bertuliskan bazzar buku, kerumununan orang di sekitarnya, dan berrak-rak buku berjajar rapi di sekelilingnya membuat siapa saja sadar, itulah pasti bazzarnya. Tapi mata arian enggak, mata arian lagi-lagi mengarah pada tangan uwi yang kini menyatu erat dengan tangan atar. Kok ga enak lagi sih liatnya, ga nyaman, pikir arian yang mengikuti dari belakang.

Atar ga suka baca buku, ga suka buku. Jadi atar cuma liat-liat ga jelas. Atar cuma mngeikuti uwi kemana uwi pergi. Waktu uwi minta pendapat mengenai salah satu buku, atar cuma mengiyakan begitu saja. Arian tau, sebenernya atar ga ngerti. Minta pendapat sama saya, pikir arian. Ga ada yang ga bisa saya jawab. Entah kenapa tapi ada rasa sirik dalam diri arian, arian juga mau diminta pendapatnya, arian lebih tau. Tapi kok uwi enggak minta pendapatnya ya?. Arian jadi bingung, jadi kesel.

Uwi waktu itu lagi dibagian buku-buku sastra sementara arian dibagian buku-buku fiksi. Buku-bukunya udah pernah arian baca semua, ga seru. Arian lantas kembali memperhatikan uwi yang masih asik memilih-milih buku sastra, ditemani atar yang dari raut wajahnya sudah mulai bosan. Arian lantas menghampiri uwi

"dapet wi bukunya?" tanya arian
"ga ada ar, belum sih" jawab uwi, matanya terus melihat buku-buku.
"aku keluar bentar ya, pengen ngerokok" kata arian dengan harap uwi sedikit tersentuh
"iya" jawab uwi pendek, tanpa sedikitpun menoleh.

Arian semakin kesel, Uwi ga pernah gitu kalo cuma berdua sama arian, uwi selalu ramah dan baik. Kalo udah sama atar uwi jadi jauh, jauh sekali. Tangan aarian ga sampai bahkan hanya utnuk membuat uwi menoleh lalu sedikit tersenyum, arian ga bisa. Arian jadi seperti yang ga kenal sama uwi, uwi jadi beda, uwi jadi seperti orang lain bukan yang arian kenal semenjak jaman SMA. Arian makin kesel, makin enggga jelas.

Tangan arian seperti sudah otomatis meraih satu batang rokok yang tersimpan di saku jeketnya, menyalakannya. Membuatnya mengeluarkan asap putih lagi dan lagi. Sebatang rokok sampoerna mild menemani arian, sebatang rokok selalu dapat mengusir gundahnya, rasa kesalnya. Sugesti, arian tau dan semua orang juga begitu. Tapi ya sudahlah, toh apapun kata orang fakta yang arian dapet ya seperti ini kan?. Rokok bisa menenangkan arian kapanpun, dimanapun..

Batang ketiga, rasa pahit menyelimuti alat bagian mulut arian, seperti kebanyakan orang saat merokok. Berarti harus minum. Arian menoleh kiri dan kanan, arian nyari yang murah- murah aja. Hanya untuk menghilangkan rasa pahit, kenapa juga harus yang mahal, pikir arian. Ada disana kios kecil, menjual makanan dan minuman. Itu sajalah, pikir arian. Arian mau beli aqua dingin aja. Arian berjalan kaki ke kios tersebut, letak kios enggak begitu jauh. Sekitar 100 meter dari Dago Plaza, hanya saja arian harus melintasi jalan.

Seorang bapak-bapak tua ternyata pemilik kios itu, arian menanyakkan apakan ada aqua botol dingin lalu transaksi jual beli sebenarnya hampir terjadi. Ketika hendak membayar, mata arian tak sengaja menoleh ke kanan, arian melihat sebuah stand makanan dan minuman. Arian terus menatap stand itu, entah kenapa tetapi arian terus mengalihkan pandangannya. Aqua kembali disimpan, arian ga jadi beli. Arian mulai melangkah maju, ke arah stand tersebut. Stand itu terletak cukup dekat, hanya sekitar 50 meter. Arian maju, terus maju.

Arian enggak negrti tapi rasanya batin arian mendorongnya untuk pergi kesana, ada sesuatu kah?
pikir arian.



Simak Juga Posting Lainnya: