Dia menangis , diantara rintihan langit bersenandung hujan.Dan mega-mega yang nampak muram.Aku mendengar keluhannya di ujung earphone nokia 6600 ku.Aku pun demikian , benar-benar merasakan dan meresapi ucapannya , kata-katanya.Yang melulu keresahan dan umpatan , kadang cemo'ohan.Aku mengamini dengan penuh kekesalan.Kepada sang pembuat masalah tentunya , kepada orang yang menyakitinya.Sialnya aku hanya bisa diam.Dia berbicara , dengan hatinya yang berkeluh kesah atas kehidupannya.Mengumbar kepedihan bathin dan kekecewaan teramat sangat.Aku mencoba
menenangkannya , memberinya lelucon berharap dia tertawa , menasehatinya dengan pengalaman hidup yang aku punya.Dia tersenyum mendengarnya , mengangguk kemudian dan berjanji mencoba saranku.Aku menyukainya , dari pertama kami bertemu.Tatapannya yang elok dan senyumnya yang membuat lelaki sekaliber Napoleon pun akan tertunduk.Bahkan Cleopatra tak akan sanggup menahan malu melihat Julius Caesar direbutnya.Euforia , mungkin ia.Terlalu hiperbola tidak juga.Dia tidak terlalu cantik dalam beberapa sisi , kulitnya menghitam setelah tau dunia luar.Namun senyumannya yang purba membuat aku tersesat dalam rimbanya.Waktu terbaik adalah ketika bersamanya , disampingnya.Saat aku menikmati jemarinya yang lentik , dengan kuku yang dipotong rapih.Atau saat dia menyeringai mendengar ucapan ku yang menurutnya jenaka.Begitulah ketika kami bersama , menghabiskan waktu tanpa bosan berkata-kata.Ada saja cerita untuk di ceritakan.Dan kami menanggapinya dengan antusias.Kami?Mungkin hanya aku.Kadang dia lupa ucapanku,janjiku padanya,atau nasehatku yang kerap kali dia langgar.Tentu saja aku tak marah ,bukannya tak mau , tepatnya tak bisa.Dia terlalu menawan untuk aku cerca.Seperti memburu tanduk unicorn dengan rudal balistik , aku tak akan sanggup melakukannya.Walau kadang jika terlalu kesal , aku tak segan mengungkapkan kekesalan ku itu.Bukan untuk menyudutkan atau menyalahkannya , terlebih ingin membuat dia lebih baik , lebih berkualitas dalam bersikap.Aku tak pernah benar-benar memarahinya.Soul mate ?Ayolah , aku tak benar-benar yakin kata itu ada dan pernah ada.Kami lebih senang menyebutnya persahabatan,sejujurnya aku berharap lebih,sayangnya dia tidak.Entah bagaimana menggambarkannya , namun aku nyaman didekatnya.Mendengar celotehannya , cara pandang dia yang lugas , jujur dan terkesan sableng.Itu nyata , tepatnya fakta.Karena tanpa aku sadari otaknya radikal.Aku kagumi itu , terlebih keteguhan hatinya , aku kesal kemudian dan menyebutnya keras kepala.Aku iri kepada alam , sesuatu yang bisa membuatnya terlihat bahagia.Aku ingin menjadi sesuatu yang membahagiakannya juga.Caranya?Aku masih dan akan terus mencari.Aku buat diriku senyaman mungkin untuknya.Membuatku bermanfaat dan tanpa cela.Namun itu saja tak cukup ,dia inginkan lebih.Aku tak tau cara menjadi lebih.Dia demokratis , kasarnya plin-plan.Tanpa prioritas dan ketegasan.Aku tak suka itu.Aku senang kepastian.Itu juga yang akhirnya menjadi pemicu semuanya harus berakhir.Tentu saja aku bersusah hati ,dan bersusah payah untuk menerimanya.Toh keluhan hanya melemahkan hati , dan prasangka merusaknya.Tak tau lah , apakah ini akhir.Karena dengannya sering aku merasakan akhir.Dan tentu ada awal yang baru lagi.Dengan cerita dan cemo'ohan baru.Tentang orang lain yang baru , dan kekesalan yang baru pula.Aku tak lelah untuk menunggu , karena di satu sisi hatiku selalu ada ruang kosong untuknya.Tempat yang nyaman untuk dia singgahi , walau kadang saat dia pergi dia meninggalkan duri.Aku tersakiti dengan kenikmatan , aku teraniaya dengan kebahagiaan.Seperti itulah ceritanya , hampir delapan tahun yang lalu.Saat itu mata kami beradu dalam pandang , aku mabuk dalam alkohol yang lain.Memori dan harapan.
menenangkannya , memberinya lelucon berharap dia tertawa , menasehatinya dengan pengalaman hidup yang aku punya.Dia tersenyum mendengarnya , mengangguk kemudian dan berjanji mencoba saranku.Aku menyukainya , dari pertama kami bertemu.Tatapannya yang elok dan senyumnya yang membuat lelaki sekaliber Napoleon pun akan tertunduk.Bahkan Cleopatra tak akan sanggup menahan malu melihat Julius Caesar direbutnya.Euforia , mungkin ia.Terlalu hiperbola tidak juga.Dia tidak terlalu cantik dalam beberapa sisi , kulitnya menghitam setelah tau dunia luar.Namun senyumannya yang purba membuat aku tersesat dalam rimbanya.Waktu terbaik adalah ketika bersamanya , disampingnya.Saat aku menikmati jemarinya yang lentik , dengan kuku yang dipotong rapih.Atau saat dia menyeringai mendengar ucapan ku yang menurutnya jenaka.Begitulah ketika kami bersama , menghabiskan waktu tanpa bosan berkata-kata.Ada saja cerita untuk di ceritakan.Dan kami menanggapinya dengan antusias.Kami?Mungkin hanya aku.Kadang dia lupa ucapanku,janjiku padanya,atau nasehatku yang kerap kali dia langgar.Tentu saja aku tak marah ,bukannya tak mau , tepatnya tak bisa.Dia terlalu menawan untuk aku cerca.Seperti memburu tanduk unicorn dengan rudal balistik , aku tak akan sanggup melakukannya.Walau kadang jika terlalu kesal , aku tak segan mengungkapkan kekesalan ku itu.Bukan untuk menyudutkan atau menyalahkannya , terlebih ingin membuat dia lebih baik , lebih berkualitas dalam bersikap.Aku tak pernah benar-benar memarahinya.Soul mate ?Ayolah , aku tak benar-benar yakin kata itu ada dan pernah ada.Kami lebih senang menyebutnya persahabatan,sejujurnya aku berharap lebih,sayangnya dia tidak.Entah bagaimana menggambarkannya , namun aku nyaman didekatnya.Mendengar celotehannya , cara pandang dia yang lugas , jujur dan terkesan sableng.Itu nyata , tepatnya fakta.Karena tanpa aku sadari otaknya radikal.Aku kagumi itu , terlebih keteguhan hatinya , aku kesal kemudian dan menyebutnya keras kepala.Aku iri kepada alam , sesuatu yang bisa membuatnya terlihat bahagia.Aku ingin menjadi sesuatu yang membahagiakannya juga.Caranya?Aku masih dan akan terus mencari.Aku buat diriku senyaman mungkin untuknya.Membuatku bermanfaat dan tanpa cela.Namun itu saja tak cukup ,dia inginkan lebih.Aku tak tau cara menjadi lebih.Dia demokratis , kasarnya plin-plan.Tanpa prioritas dan ketegasan.Aku tak suka itu.Aku senang kepastian.Itu juga yang akhirnya menjadi pemicu semuanya harus berakhir.Tentu saja aku bersusah hati ,dan bersusah payah untuk menerimanya.Toh keluhan hanya melemahkan hati , dan prasangka merusaknya.Tak tau lah , apakah ini akhir.Karena dengannya sering aku merasakan akhir.Dan tentu ada awal yang baru lagi.Dengan cerita dan cemo'ohan baru.Tentang orang lain yang baru , dan kekesalan yang baru pula.Aku tak lelah untuk menunggu , karena di satu sisi hatiku selalu ada ruang kosong untuknya.Tempat yang nyaman untuk dia singgahi , walau kadang saat dia pergi dia meninggalkan duri.Aku tersakiti dengan kenikmatan , aku teraniaya dengan kebahagiaan.Seperti itulah ceritanya , hampir delapan tahun yang lalu.Saat itu mata kami beradu dalam pandang , aku mabuk dalam alkohol yang lain.Memori dan harapan.