Selalu begitu,selalu berkata bahwa seni tidaklah penting,seni tidak menjanjikan masa depan dan seni tak lebih dari sekedar coretan kata atau guratan-guratan amburadul diatas kanvas.Atau seni adalah bunyi-bunyi aneh dari benda yang di mainkan oleh orang yang aneh pula.Berdandan eksentrik dan tak jelas.Seni tidak berarti sesuatu,seni adalah sampah.Tak ada seni dalam dunia nyata,kehidupan adalah logika.Keindahan adalah materi.Tak ada citra rasa atau karsa.Tak ada melodi atau irama.Tak ada abstrak atau realis.Picasso adalah orang udik yang lahir di dunia yang kacau.Mozart si dungu dengan
pongahnya memainkan rongsokan teronggok.Lihatlah Soekarno,Soeharto,Habibie.Merekalah sosok yang patut ditiru.Memberikan kebebasan pada negara kita,membangun infrastruktur semisal jalan raya.Menjadikan kita mampu membuat alat yang mengangkut manusia di udara.Itulah manusia sebenarnya.Manusia dengan polah yang terjaga,daya pikir yang luar biasa dan yang terpenting mampu mau mumpuni berbakti kepada sesamanya.
Itulah yang patut kau contoh !!!!Bosan rasanya aku bila mendengar ceramah bapak yang seperti kaset kusut.Selalu berulang selalu tak berubah.Melulu soal sikapku yang menggemari seni,berkata bahwa aku tak akan menjadi berguna dan sejahtera bila mengandalkan suara atau imajinasi.Juga indahnya metafora dan bait-bait sajak nan syahdu.Padahal bapak tak pernah tahu,bagaimana gesitnya jemariku saat merangkai sajak,cekatannya daya nalar imajinasiku dan merepresentasikannya menjadi bait-bait memikat.Mimik dan intonasi yang terlihat natural.Bapak tak tahu itu.Dia juga tak tahu kalau cerpen-cerpen yang aku tulis di cetak di koran yang di bacanya di sabtu pagi.Begitulah bapak,dia trauma dengan nasib kakakku .Cerita tetangga suatu ketika.Aku pun tersenyum miris bila teringat kakak.Kisahnya tak terlalu elok untuk di kenang.Hannya sekumpulan plot pilu dengan alur berulang.Sudahlah,aku enggan untuk menerawang kemasa lalu.Terpaku pada kesedihan terjebak dalam buram.Mentari pagi harusnya basuh kepedihan,aku menantinya kemudian.Lalu kembali aku melompati jendela.Bergegas menjinjing tas berisi kertas.Selanjutnya pagar besi 1 meter aku panjat sembari mengendap.Terengah-engah sejenak dan larut kemudian dengan penumpang metromini di malam sunyi.Ada pentas seni berita dari kawan.Seorang seniman kenamaan dengan ciri khas topi baret coklat.Seorang yang ku idolakan begitu pertama membaca sajaknya.Aku tak sabar untuk bertatap muka walau sedetik saja.Baru sejenak saja aku memikirkan,bertatap muka dan berjabat tangan layaknya rekan.Dengan seniman yang hendak aku temui.Tersadar di sampingku seorang gadis tak terlalu ayu.Namun perawakannya cukup merayu.Bukan,bukan pakaian seronok yang membuat ku terpaku padanya.Terlebih karena dia bertangan satu.Namun objek yang sungguh membuatku terharu,adalah kegesitannya dalam mengguratkan pensil 2B di atas kertas putih.Pada kertas itu aku melihat,sketsa mengenai kehidupan kota.Gedung-gedung pencakar langit membelah awan.Menantang mentari dengan pongahnya.Seakan berkata "Akulah jawara di sini,kau pergi sana !! " .Aku terlalu mendramatisir situasi ini,namun kenyataan yang kutangkap dari daya visual ku berkata demikian.Bahwa sketsa itu berbicara walau tanpa tulisan.Disamping gedung itu ialah pemukiman kumuh penduduk pinggir kali.Bangunan semi permanen tempat mereka bernaung.Suauasana banjir menjadi latar belakangnya.Miris melihat anak-anak dengan cerianya berenang di air kotor penuh dengan sampah.Ironi negeri ini,mereka tak tau bahwa mereka di dera musibah,Namun begitulah anak-anak,banjir adalah waterpark gratis yang tersaji di pelupuk mata.Dan dengan sebaik mungkin mereka memanfaatkannya.Mungkin mereka tak tahu waterpark sesungguhnya,kalaupun tau meraka tak akan mampu,bahkan untuk sekedar memimpikannya.Tak sadar setengah jam berlalu.Aku terlalu asyik memandangi sketsa yang gadis itu buat.Namun belum jua aku sampai pada tujuan.Kini gadis itu memperhatikan aku,melihat tas gendong hijau yang menjadi teman kemanapun aku pergi.Dia tau,bahwa aku membawa kertas dan pensil layaknya seniman.Layaknya gadis itu.Dia tersenyum cukup lebar,dan mengayunkan tangan kirinya padaku."Minarti,senang melukis dan berusaha untuk menjadi pelukis sebenarnya".Aku terkejut,bukan karena dia mengayunkan tangan kiri untuk berjabat tangan.Toh dia hannya memiliki satu tangan.Namun keberaniannya,dan keterbukaannya.Siapa nyana,gadis yang tanpa daksa memiliki kepercayaan diri seperti itu.Jauh dari kata minder apalagi tersisih.Aku pun dengan segera menyambut mungil tangannya "Aryo,senang menulis dan berusaha untuk menjadi penulis sebenarnya".kataku sambil tersenyum dan memicingkan mata.Dia terkekeh dengan tingkahku.Seakan memecah es asing yang membentengi kursi diantara kami.Larutlah kami dalam pembicaraan seputar seni,seputar hidup.Tentang bapak ku,dan prestasi yang kuraih.Juga entah mengapa aku jadi terpancing untuk bercerita tentang kakaku.Sosok yang sebenarnya enggan untuk aku bicarakan bahkan dengan bapak ku.Dia menanggapinya dengan selalu tersenyum,bukan niat untuk meledek gumamku.Toh senyumannya adalah kejujuran hati yang menggambarkan empati.Aku semakin tertarik untuk mengenalnya.Namun sayang tujuanku telah nampak,dan aku harus segera menemui idolaku.Dia menyerahkan sketsa yang dia buat,hadiah perkenalan katanya.Sembari menuliskan nomor handphone yang bisa di hubungi.Bagaimana dia tahu,kalau aku ingin bertemu dengannya lagi !?Sembari kembali mengayunkan tangan kirinya,dia mengucapkan salam perpisahan.Ruangan sudah terlihat sesak oleh jubelan manusia.Aku tak heran,toh yang di undang adalah seniman kondang.Seniman idolaku.Segera aku mencari posisi yang cocok untuk mendengar petuahnya.Cocok sebagai tonik dan inspirasi bathinku.Terlebih karena kikisan ideologi bapakku.Dan acara pun dimulai.Seperti yang telah aku duga,aku terbius satu setengah jam dan pulang dengan hati girang.Esoknya aku di omeli.Pagi-pagi benar bapakku mengetuk pintu,dan mendobraknya kemudian karena aku tak kunjung juga membuka mata.Guyuran air dingin menyadarkan sekaligus mengagetkan aku.Ya seperti yang telah aku ramalkan,dia tau kepergianku ke pentas seni semalam.Dan lagi ceramahnya mengenai kehidupan berkumandang sepeti yang sudah-sudah.Yang lain di pagi itu adalah,kertas putih diatas meja.Sebuah sketsa,guratannya aku kenal.Situasi tadi malam.Masih sangat kental dalam memori otak ku."Minarti Mawardi,interaksi metromini" saat ku baca tulisan di belakang sketsa itu.Aku tersenyum dan bingung kemudian,dari mana dia tahu rumah ku !?
pongahnya memainkan rongsokan teronggok.Lihatlah Soekarno,Soeharto,Habibie.Merekalah sosok yang patut ditiru.Memberikan kebebasan pada negara kita,membangun infrastruktur semisal jalan raya.Menjadikan kita mampu membuat alat yang mengangkut manusia di udara.Itulah manusia sebenarnya.Manusia dengan polah yang terjaga,daya pikir yang luar biasa dan yang terpenting mampu mau mumpuni berbakti kepada sesamanya.